1.
Anatomi
dan Fisiologi
a.
Oesophagus
Gambar
1. Oesofagus
Sumber
: Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and Procedures
Oesophagus
adalah sebuah saluran yang berbentuk tabung berotot yang panjangnya 20-25 cm,
diatas mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak lambung. Terlrtak di
belakang trakea dan didepan tulang pungung. Setelah melaliu rongga thorax
menembus diafragma, lalu masuk ke dalam abdomen dan menyambung dengan lambung.
Oesophagus
mempunyai 4 lapis pada dindingnya. Disebelah luar terdiri atas jaringan ikat
yang renggang, sebuah lapisan otot yang terdiri atas 2 lapisan serabut otot,
yang satu berjalan longitudinal dan yang lain sirkuler, sebuah lapisan
submukosa dan yang paling dalam terdapat selaput lendir.
Setelah
makanan masuk faring maka palatum lunak naik untuk menutup nares posterior,
glotis menutup oleh kontraksi otot-ototnya, dan otot faring menangkap makanan
dan mendorongnya masuk ke oesophagus. Pada saat ini pernafasan berhenti, jika
tidak maka akan tersedak. Orang tidak dapat menelan dan bernafas pada saat yang
bersamaan. Gerakan menelan pada bagian ini merupakan gerak peristaltic.
Makanan
berjaan dalam oesophagus karena kerja peristaltik, lingkaran serabut otot di
depan makanan mengendor dan yang di belakang makanan berkontraksi. Maka gelombang peristaltik mengantarkan bola
makanan ke lambung. (Pearce,2006)
Fungsi utama
dari oesophagus adalah untuk menghantarkan makanan dari faring ke lambung
dengan gerak peristaltic. (Syaifudin, 1997)
b.
Maag
(Lambung)
Gambar
2. Lambung
Sumber
: Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and Procedures
Lambung
merupakan bagian dari saluran pencernaan yang dapat meluas paling besar. Posisi
utamanya pada bagian epigastrik dan disebelah kiri daerah hipokardiak dan
umbilical.
A. Lambung
terdiri dari bagian atas yaitu :
1)
Cardia,
bagian yang paling dekat dengan lubang yang ada disebelah esophagus. Kelenjar
dari cardia berbrntuk tubuler, baik sederhana maupun bercabang dan mengeluarkan
secret mucus alkali.
2)
Fundus,
batang utama dengan bagian bawah yang horizontal. Kelenjar dari fundus adalah
kelenjar tubuler dan berisi berbagai jenis sel. Beberapa sel (sel asam atau
oxintik) menghasilkan asam yang terdapat dalam getahlambung dan juga
menghasilkan musin.
3)
Piloric,
bagian lambung yang berhubungan dengan duodenum. Kelenjar pyloric berbentuk
tubuler dan menghasilkan mucus alkali.(Kusrianto, 2004).
B.
Fungsi Lambung
·
Lambung menerima makanan dan bekerja
sebagai penampung untuk jangka waktu yang pendek.
·
Semua makanandicairkan dan dicampurkan
dengan asam hydroklorida. Dan dengan cara ini disiapkan untuk dicerna oleh usus
halus.
·
Protein diubah menjadi pepton.
·
Susu dibekukan dan kasein dikeluarkan.
·
Pencernaan lemak dimulai di dalam
lambung.
Di
lambung makanan diolah datau dicampur dengan cairan lambung dan membentuk bubur
dinamakan khyme. (Pearce,2006:185)
c.
Duodenum
Gambar
3. Duodenum
Sumber
: Merril’s Atlas of Radiographyc Possitioning and Procedures
Duodenum adalah
bagian pertama dari usus halus yang panjangnya 25 cm. berbentuk seperti sepatu
kuda dan kepalanya mengelilingi pancreas. Saluran empedu dan saluran pancreas
masuk ke dalam duodenum pada satu lubang yang disebut ampula hepatopankreatika
atau Ampula Vateri. Yang terletak 10 cm dari pylorus (Pearce,2006:188)
2.
Patologi
a.
Oesofagus
1)
Akhlasia
Disebut
juga cardiospasme, disebabkan oleh kegagalan fungsi motorik yang berupa
hilangnya gerakan peristaltik dibagian bawah oesophagus dan disebabkan oleh
kegagalan sfinkter kardiak untuk mengendor.
2)
Anatomi Anomalies
Anatomi
Anomalies dapat bersifat congenital atau disebabkan oleh penyakit seperti
kanker. Pasien penderita stoke juga dapat diserang penyakit ini sehingga
terganggu pada mekanisme motoriknya.
3)
Barret’s Esofagus
Barret’s Esofagus atau barret’s syndrome
adalah pergeseran dari epithelium squamosa, pergeseran ini menyebabkan
striktura pada bagian distal esophagus.
4)
Carcinoma Esofagus
Adenocarcinoma
adalah salah satu keganasan yang sering terjadi di oesofagus. Pasien sulit
menelan, sakit dan berdarah saat menelan, carcinosarcoma, yang dapat
menghasilkan polip yang besar dan irregular serta pseudocarcinoma.
5)
Dysphagia
Kesulitan
menelan yang dapat disebebkan karena congenital atau kondisi yang didapat.
Penyebab dysphagia adalah jebakan bolus makanan, kelumpuhan otot faring atau
oesofagus dan penyempitan atau pelebaran oesofagus.
6)
Oesofagus Reflux
Masuknya
isi lambung ke dalam oesofagus, mengiritasi dinding oesofagus dan lama-kelamaan
keadaan ini dapat menghasilkan oesofagogitis.
7)
Oesofagogitis
Oesofagogitis
atau radang oesofagus disebabkan oleh zat korosif, uremi, tuberculosis, dan
antinomycosys.
b.
Lambung
1) Benzoar
Massa dari material yang tidak
dapat dicerna dan terperangkap di dalam lambung. Massa ini bisa terbuat dari
rambut, serat sayuraan tertentu / bahan yang terbuat dari kayu. Material ini
dapat menyebabkan obstruksi pada lambung.
2) Diverticula
Terjadi
karena perlemahan kantong dari dinding mukosa yang dapat terjadi di lambung dan
usus halus. Diverticula lambung berukuran antara 1-2 cm dan diameternya sampai
dengan 8 cm. jika diverticula ini tidak segera disembuhkan, maka akan
menimbulkan pervorasi.
3) Emesis
Emesis adalah keadaan muntah yang
disertai dengan keluarnya darah.
4) Gastritis
Gastritis adalah suatu peradangan
mukosa lambung yang sebabkan oleh makanan atau miuman yang dapat menyebabkan
iritasi pada selaput lendir lambung dan juga infeksi akut.
5) Hiatal hernia
Kondisi dimana bagian lambung masuk
ke dalam hiatus diafragma. Hiatal hernia dapat terjadi karea oesofagus yang
pendek dan perlemahan otot sekitar hiatus diafragma.
6) Carcinoma
lambung
Carcinoma
lambung terdiri 70% dari seluruh neoplasma lambung. Yaitu dengan filling defect
irregular dalam lambung, dinding bertanda, kaku lambung dan luka pada mukosa.
7) Ca
Gaster
Ca Gaster adalah tumor
jinak di lambung tidak menimbulkan gejala atau masalah medis. Tetapi
kadang-kadang, beberapa mengalami pendarahan atau berkembang menjadi kanker.
8)
Tukak Lambung (Ulcer)
Tipe
tipe ulcer :
·
Duodenal Ulcer, adalah peptic ulcer yang
terjadi di duodenum. Biasanya terjadi di dua per tiga bagian duodenum.
·
Peptic Ulcer, adalah luka yang terjadi
pada membrane mukosa pada oesofagus, lambung, dan duodenum yang disebabkan oleh
asam lambung.
·
Gastric Ulcer, adalah luka pad mukosa
lambung.
·
Perforasi Ulcer, adalah luka pada
keseluruhan dinding lambung.
c.
Duodenum
1)
Malabsorbsi
Keadaan
dimana terdapat gangguan absorbsi mukosa usus terhadap satu atau banyak zat
gizi yang mengakibatkan ekskresi zat-zat tersebut ke dalam feses.
2)
Peritonitis
Peritonitis
adalah peradangan peritoneum yang merupakan komplikasi berbahaya yang sering
terjadi akibat penyebaran dari organ-organ abdomen.
3) Congenital (prrimer)
Adalah
penyakit yang disebabkan kelemahan setempat pada dinding duodenum dan ditemukan
pada tempat-tempat pembuluh darah yang masuk ke dalam dinding.
4) Diverticula
Biasanya
pada duodenum bagian pertama dan biasanya sekitar bekas luka tukak peptic. Bila
banyak disebut divertikulosis.
3.
Prosedur
Pemeriksaan Oesofagus Maag Duodenum
Prosedur pemeriksaan Oesofagus Maag Duodenum (OMD)
menurut beberapa sumber, sebagai berikut :
a. Menurut Bryan, 1979
1.
Definisi
Pemeriksaan OMD adalah pemeriksaan
dari saluran pencernaan bagian atas yang meliputi esophagus, lambung, dan
duodenum dengan menggunakan bahan kontras yang dimasukkan melalui mulut atau
disebut juga dengan barium meal. Pemeriksaan ini dapat dibagi menjadi 2 metode
yaitu : metode single contrast dan metode double contrast.
2.
Persiapan Pasien
Pasien diinstriksruksikan untuk puasa
selama 5 jam sebelum pemeriksaan dilaksanakan.
3.
Teknik pemeriksaan
·
Metode Single Contrast
Pemeriksaan
Oesophagus Maag Duodenum (OMD) didahului dengan pemeriksaan esophagus dengan
menggunakan metode single contrast. Pada metode ini, pasien diinstruksikan
untuk meminum suspense barium sulfat sebanyak 60 ml dengan perbandingan
kekentalan 1:1, pemberian suspensi barium sulfat ini dilakukan untuk melihat
kelainan yang terjadi pada oesofagus dan mukosa lambung dengan menggunakan teknik flourscopy.
Setelah
oesofagus dan mukosa lambung terisi suspensi barium sulfat lagi dengan
kekentalan yang lebih encer dibandingkan dengan kekentalan pada pemeriksaan
esophagus yaitu dengan perbandingan 1:4 sebanyak 220-240 ml. fungsi dari peminuman
sespensi barium sulfat yang kedua ini adalah agar semua lambung terisi barium
sulfat.
·
Metode Double Contrast
Bahan-bahan yang
digunakan pada metode double contrast yaitu :
ü Suspensi
barium sulfat sebanyak 220-240 ml.
ü Ez-gas
yang dapat menghasilka gas sebanyak +-
200-300 ml di dalam lambung.
ü 1
ampul buscopan atau glucagon.
Pemeriksaan dimulai dengan peminuman
suspense barium sulfat yang telah dicampur dengan ez-gas. Pasien akan merasa
lambungnya terisi oleh gas, pasien diinstruksikan untuk tidak bersendawa selama
pemeriksaan.
Kemudian pasien disuntikkan busopan atau
glucagon sebanyak 1 ampul secara intra vena yang bertujuan untuk mengurangi
gerak peristaltic lambung. Langkah berikutnya, pasien dipersilahkan untuk
tiduran diatas meja pemeriksaan dan diinstruksikan untuk merubah posisi dari
supine – oblique – prone. Tujuan dari gerakan ini agar suspense barium sulfat
melapisi seluruh mukosa lambung.
4. Prosedur
Pengambilan Gambar
Pengambilan
gambar radiografi menggunakan teknik fluoroscopy. Dengan pemanfaatan system
spot film device yang ada pada teknik ini, dapat dibuat film radiografi dengan
beberapa seri. Untuk gambaran oesofagus menggunakan film seri 3. Dimulai dari
gambaran bagian proximal, sampai bagian distal pada proyeksi AP dan Lateral.
Sedangakan untuk gambaran lambung dibuat film seri 2, dimulai dari gambaran
fundus sampai pylorus pada proyeksi AP dan Oblique.
b. Menurut Ballinger (1995)
1. Defiisi
Pemeriksaan
Oesofagus Maag Duodenum adalah pemeriksaan untuk mengevaluasi kelainan yang
terjadi pada oesofagus, lambung, duodenum melalui pemasukkan bahan kontras
melalui mulut dengan menggunakan pesawat sinar-X yang dilengkapi dengan
fluoroscopy.
2. Persiapan
Pasien
Persiapan
pasien sebelum pemeriksaan adalah sebagai berikut :
pasien datang ke bagian
radiologi dengan membawa surat pengantar dari dokter. Kemudian petugas
administrasi radiologi membuat perjanjian kapan pemeriksaan akan dilakukan.
Pasien diberi penjelasan tentang jalannya pemeriksaan dan persyaratan yang akan
dilakukan. Persyaratan tersebut antara lain :
ü Dua
hari sebelum pemeriksaan pasien melakukan diet rendah serat.
ü Selama
diet, pasien tidak diperbolehkan merokok dan mengunyah permen karet karena
dapat merangsang sekresi lambung dan air liur.
ü Sehari
sebelum pemeriksaan, pasien meminum non gas forming laxative.
ü Pasien
diinstruksikan untuk puasa kira-kira 8-9 jam sebelum pemeriksaan.
3. Teknik Pemeriksaan
Pasien diposisikan erect diantara meja
pemeriksaan dan tube yang sebelumnya meja pemeriksaan sudah diposisikan vertical
untuk mengevaluasi jantung, paru-paru dan abdomen dengan menggunakan teknik
fluoroscopy.
Setelah itu, pasien diminumkan suspense
barium sulfat, pada saat pasien menelan barium sulfat dikontrol fluoroscopy
sehingga radiolog dapat melihat struktur dan kelainan yang terjadi di
oesofagus.
Langkah selanjutnya
mengevaluasi lambung dan duodenum. Pemeriksaan lambung dan duodenum bisa
dilakukan dengan single contrast atau double contrast.
Pasien diberikan
suspense barium sulfat dan diinstruksikan untuk meminumnya. Pasien
diinstruksikan untuk supine diatas meja horizontal sebelumnya.
4. Prosedur
Pengambilan Gambar
Prosedur pengambilan
gambaran oesofagus dilakukan dengan posisi pasien RAO 35- atau LPO. Dibuat dengan posisi oblique agar
gambaran oesofagus tidak superposisi dengan vertebrae dan jantung. Pemeriksaan
dapat dilakukan dengan posisi berdiri atau tiduran. Posisis tiduran bertujuan
untuk pengisian oesofagus terutama
oesofagus bagian proximal. Pada posisi ini dapat diobservasi varises
dari oesofagus, karena pada posisi tiduran tekanan vena akan bertambah.
Prosedur pengambilan
gambar lambung dan duodenum dilakukan dengan posisi tegak atau tiduran dan
proyeksi yang dipakai adalah PA, Lateral, RAO, AP erect sesuai dengan indikasi yang
ditemukan saat fluoroscopy. Proyeksi AP bertujuan untuk melihat kontur lambung.
LPO posisi dengan letak kepala yang lebih rendah dari pada kaki (tendelenburg)
dengan kemiringan 25-30 derajat yang bertujuan untuk melihat hiatal hernia. AP
erect bertujuan untuk melihat bentuk dan posisi dari lambung. RAO 40-70 derajat untuk melihat lambung bagian pylorus dan
duodenal bulb tergantung pada ukuran dan letak lambung.
c. Menurut Bontranger : 2001
1. Teknik
Pemeriksaan
a) Metode Single Contrast
Untuk pemeriksaan oesofagus menggunakan
metode single contrast. Barium sulfat untuk pemeriksaan ini dibagi menjadi 2
jenis yaitu thin barium dan thick barium. Thin barium didapat dari pencampuran
bubuk barium sulfat dengan air dengan perbandingan 1:1. Thick barium didapat
dari pencampuran bubuk barium sulfat dengan air dengan perbandingan 3:1.
Penggunaan thick barium lebih baik karena dapet memperlihatkan mukosa oesofagus
lebih tegas.
Cara pemberian bahan kontras untuk oesofagus yaitu :
ü Pertama
pasien diberikan 2-3 sendok makan thick barium dan diinstruksikan untuk
meminumnya.
ü Setelah
itu pasien diberikan 2-3 sendok makan thin arium dan diinstruksikan untk
meminumnya.
Setelah esophagus dan mukosa lambung
terisi suspense barium sulfat, pasien diminumkan suspense barium sulfat lagi dengan
kekentalan yang lebih encer yaitu perbandingan 1:3.
b)
Metode Double Contrast
Pemeriksaan dimulai dengan pemberian
tablet everfaccet yang telah dicairkan dengan air dan diinstruksikan agar
pasien meminumnya. Setelah itu, berikan suspense barium sulfat dengan
kekentalan yang lebih encer yaitu 1:4. Pasien akan merasa lambungnya terisi
oleh gas, pasien diinstruksikan untuk tidak bersendawa selama pemeriksaan.
Langkah selanjutnya, pasien
diinstruksikan untuk recumbent di atas meja pemeriksaan. Kemudian perut pasien
dipalpasi oleh radiolog dengan tujuan agar suspense barium sulfat melapisi
seluruh mukosa lambung.
2. Prosedur
Pengambilan Gambar
Pemeriksaan didahului dengan
mengevaluasi jantung, paru-paru, diafragma dan abdomen pasien dengan posisi
pasien erect diantara meja pemeriksaan yang telah diposisikan vertical dengan
layar fluoroscopy.
Pasien diberikan suspense barium sulfat
dan diinstruksikan untuk menelan beberapa teguk. Proses ini dikontrol
fluoroscopy. Bila pasien tidak memungkinkan untuk diposisikan erect,
pemeriksaan dapat dilakukan dengan posisi recumbent diatas meja pemeriksaan.
Posisi ini diharapkan pengisian lumen esophagus oleh barium sulfat lebih
sempurna dibagian proximal.
Pengambilan gambar radiografi untuk
esophagus diperlukan proyeksi RAO (30-40 derajat), Lateral, dan AP.
Proyeksi RAO bertujuan agar gambaran esophagus tidak superposisi dengan
vertebrae dan jantung. Proyeksi lateral terlihat gambaran esophagus terletak
diantara vertebrae dan jantung. Proyeksi ini diperlukan apabila ada klinis
massa atau tumor esophagus dapat terlihat letak dari massa tersebut.
Pengambilan gambar radiografi untuk
lambung dan duodenum diperluukan proyeksi RAO (40-70 derajat), PA, Lateral Kanan,
LPO. Proyeksi RAO digunakan untuk melihat gambaran keseluruhan dari lambung dan
duodenum. Proyeksi PA digunakan untuk melihat pylorus dan corpus lambung dan
dapat juga dijadikan tanda klinis gastritis. Proyeksi LPO digunakan untuk
melihat duodenal bulb yang bebas superposisi dari pylorus lambung.
4.
Bahan
Kontras (Rasad, 2006: 613)
Bahan kontras yang digunakan untuk keperluan
radiografi adalah suatu bhan yang dapat menyebabkan gambaran menjadi sangat
radiolucent atau radioopak apabila berinteraksi dengan sinar-X, sehingga dapat
membedakan antara organ dan jaringan sekitarnya. Oleh karena itu, apabila ada
kelainan terhadap anatomi dan fisiologi suatu bagi tubuh manusia dapat
diketahui secara lansung.
Bahan kontras dibagi menjadi dua yaitu bahan kontras
positif dan bahan kontras negative. Bahan kontras positif adalah suatu bahan
yang mempunyai nomer atom yang tinggi sehingga menghasilkan gambaran menjadi
radioopak. Sedangkan bahan kontras negative yaitu suatu bahan yang mempunyai
nomer atom yang rendah sehingga menyebabkan gambaran menjadi radiolocen.
(Rasad.2006:613)
Bahan kontras positif dapat berupa bubuk (Barium
Sulfat) atau larutan yang mengandung Iodine (I). sedangkan bahan kontras
negative terdiri dari udara yag dapat dihasilkan dari ez-gas, minuman karbonasi
dan bubuk yang dapat menghasilkan gas.
5.
Teknik
Flouroscopy
Fluoroscopy adalah cara pemeriksaan yang menggunakan
sifat tembus sinar-X dan suatu tabir yang bersifat luminisensi bila terkena
sinar-X tersebut. Fluoroscopy terutama diperlukan untuk menyelidiki pergerakan
suatu organ atau system tubuh seperti dinamika alat-alat peredaran darah,
misalnya jantung dan pembuluh darah besar, serta pernafasan berupa pergerakan
diafragma dan paru-paru. (Rasad.2005)
Dengan menggunakan teknik Fluoroscopy, radiolog
dapat memberikan diagnose selama jalannya pmeriksaan. Oleh karena itu,
pemeriksaan fluoroscopy secara primer dilakukan oleh radiolog. Peran
radiografer sebagai mitra selama pemeriksaan, termasuk didalam pengambilan
gambar radiografi. Pemeriksaan fluoroscopy umumnya digunakan untuk mengevaluasi
dan mengobservasi fungsi fisiologis tubuh yang umumnya bergerak, seperti proses
menelan, proses jalannya bahan kontras ke dalam traktus digestivus, dll.
a)
Komponen
Peralatan Flouroscopy
Ada
3 komponen utama yang merupakan bagian dari unit fluoroscopy yaitu: X-ray tube
beserta generator, Image Intensifier, dan system monitoring video.
Bagian
utama fluoroscopy :
1.
X-ray tube dan generator
X-ray
tube fluoroscopy sangat mirip desinnya dengan tube sinar-X diagnostic
konvensional akan tetapi X-ray tube fluoroscopy mengeluarkan sinar-X lebih lama
dari pada tube diagnostic konvensional dengan mA yang jauh lebih kecil. Dimana
tipe tube diagnostic konvensional emiliki range antara 50-1200 mA sedangkan
range mA pada tube sinar-x fluoroscopy antara 0,5-5,0 mA.
2.
Image Intensifier
Imange intensifier
adalah sebuah tabung hampa udara yang terdiri dari :
a.
Input Phosphor
terbuat dari Cessium
Iodine (CSs) yang berfungsi merubah sinar-X menjadi cahaya tampak.
b.
PMT (Photo Multiplayer Tube)
terdiri dari :
(1)
Photokatoda
Memiliki fungsi untuk
merubah cahaya tampak yang diserap menjadi berkas electron.
(2)
Electrostatic Focusing Lens
Berfungsi untuk
meneruskan electron-elektron menuju anoda.
(3)
Accelerating Anoda
Electron dari
photocatode dipindahkan secara cepat ke anoda karena adanya beda tegangan yang
tinggi serta merubah berkas electron menjadi cahaya tampak.
(4)
Output Phosphor
Berfungsi
untuk merubah electron menjadi cahaya tampak yang dapat dilihat secara langsung
melalui lensa yang terdapat pada tabung atau dapat dilihat melalui tv monitor.
b)
Proses
terjadinya gambaran pada fluoroscopy
Fluoroscopy
adalah suatu teknk pencitraan yang digunakan untuk melihat objek yang bergerak
secara real time, yaitu melihat objek tersebut sesuai dengan keadaan dan waktu
pada saat pemeriksaan dilakukan. Pemeriksaan fluoroscopy umumnya digunakan
untuk mengevaluasi dan mengobservasi tubuh yang bergerak seperti jalannya bahan
kontras pada traktus digestivus.
Pada
saat pemeriksaan fluoroscopy berlangsung, berkas cahaya sinar-X primer menembus
tubuh pasien menuju layar penerima yang berada dalam Image Intensifier Tube
yaitu sebuah tabung hampa udara yang terdiri dari satu katoda dan anoda. Layar
penerima yang berada pada Image Intensifier adalah layar berpijar (Flourocent
Screen). Layar berpijar tersebut menyerap foton sinar-X dan memancarkan berkas
cahaya foton yang kemudian menyatu dengan photocathode (yang berasal dari
katoda pada tube) yang berhubungan dengan layar penerima untuk mencegah
terjadinya penyimpangan dari berkas cahaya foton. Photocathode menyerap cahaya
foton dan kemudian merubahnya menjadi elektron.
Elektron-elektron
tersebut diteruskan menuju anoda oleh electrostatic focusing lensa. Setelah
elektron berada pada anoda, elektron-elektron tersebut menuju output phosphor
dikarenakan adanya tegangan tinggi.
Output
phosphor berfungsi untuk merubah elektron menjadi cahaya tampak yang dapat
dilihat secara langsung melalui lensa yang terdapat pada tabung atau dapat
dilihat melalui tv monitor.